Tugas Kelompok Dosen
Pembibing
Studi Al-quran Syafril Siregar
“SEJARAH
TURUNNYA AL-QURAN”
OLEH :
DICKY OKSA SOEMANTRI
HEDRAL ASPIRA
MONZERI
MUHAMMAD ARIEF
RAHMAN
JURUSAN SISTEM INFORMASI
FAKULTAS SAIN DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
T.A. 2011/2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami
ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia Nya,
sehingga kami dapat menyelasaikan makalah untuk bahan mata kuliah Hadist.
Dalam makalah ini
kami sebagai penulis sekaligus penyusun menyajikan persoalan mengenai “Sejarah Turunnya Al-qur’an”.
Walaupun sudah
berusaha semaksimal mungkin, namun kami menyadari bahwa makalah ini masih
banyak terdapat kekurangan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
sifat nya membangun demi kesempurnaan penulisan untuk masa yang akan datang.
Akhirnya kami
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami penulis maupun para
pembaca serta dapat menambah wawasan tentang Sejarah Turunnya Al-qur’an.
Pekanbaru,
Oktober 2011
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang Masalah.................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah............................................................................ 1
1.3. Tujuan Penulisan.............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................... 3
2.1. Pengertian Al-Qur’an...................................................................... 3
2.2. Sejarah Diturunkannya Al-Qur’an................................................... 4
2.3. Tujuan Pokok Diturunkannya Al-Qur’an.......................................... 10
BAB III PENUTUP............................................................................................ 11
3.1. Kesimpulan...................................................................................... 11
DAFTAR RUJUKAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang Masalah
Agama Islam,
agama yang kita anut dan dianut oleh ratusan juta kaum Muslim di
seluruh dunia, merupakan way of life yang menjamin kebahagiaan hidup pemeluknya di
dunia dan di akhirat kelak. Ia mempunyai satu
sendi utama yang esensial: berfungsi memberi petunjuk ke jalan yang sebaik-baiknya. Allah
berfirman, Sesungguhnya Al-Qur’an
ini memberi petunjuk menuju jalan yang sebaik-baiknya (QS,
17:9).
Al-Qur’an
memberikan petunjuk dalam persoalan-persoalan akidah, syariah,
dan akhlak, dengan jalan meletakkan dasar-dasar prinsip mengenai persoalan-persoalan
tersebut; dan Allah SWT menugaskan Rasul SAW., untuk memberikan
keterangan yang lengkap mengenai dasar-dasar itu: Kami telah turunkan kepadamu Al-Dzikr (Al-Qur’an)
untuk kamu terangkan kepada manusia apa-apa yang diturunkan kepada
mereka agar mereka berpikir (QS 16:44).
Disamping
keterangan yang diberikan oleh Rasulullah SAW., Allah memerintahkan
pula kepada umat manusia seluruhnya agar memperhatikan dan mempelajari Al-Qur’an:
Tidaklah mereka memperhatikan isi Al-Qur’an, bahkan
ataukah hati mereka tertutup (QS 47:24).
1.2. Rumusan
Masalah
Untuk
memperjelas latar belakang masalah di atas, penulis membatasi permasalahan
berdasarkan pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Apa Arti
Al-Qur’an?
2. Bagaimana sejarah
diturunkannya Al-Qur’an?
3. Apa tujuan pokok
diturunkannya Al-Qur’an?
1.3. Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk
mengetahui arti Al-Qur’an.
2. Untuk
mengetahui sejarah diturunkannya Al-Qur’an.
3. Untuk
mengetahui tujuan pokok diturunkannya Al-Qur’an.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Al-Qur’an
Menurut
bahasa, kata “Al-Qur’an” adalah bentuk mashdar dari kata kerja ﺃﺭﻗ yang berarti "bacaan". Menurut
Al-Lihyani (Pengarang Lisanul Arab), kata Al-Qur’an adalah isim mashdar dengan arti isim
maf’ul, yaitu yang dibaca;
karena bukan saja
Al-Qur’an harus dibaca
oleh yang mencintainya,
baik pada waktu shalat maupun di luar shalat. Kata Al-Qur’an dengan arti
tersebut (bacaan), banyak dijumpai dalam Al-Qur’an sendiri, antara lain
terdapat dalam surat Al-Qiyamah ayat 17-18:
﴿۱۸﴾ قُرْآنَهُ فَاتَّبِعْ قَرَأْنَاهُ فَإِذَا ﴿۱۷﴾ وَقُرْآنَهُ جَمْعَهُ عَلَيْنَا إِنَّ
Artinya:
Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu)
dan (membuatmu pandai) membacanya. apabila Kami telah selesai
membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu.
Sedangkan
pengertian Al-Qur’an menurut istilah dikemukakan oleh
Manna Al-Qathan dalam bukunya “Mabahits fi Ulum Al-Qur’an” mengemukakan definisi Al-Qur’an sebagai berikut:
Manna Al-Qathan dalam bukunya “Mabahits fi Ulum Al-Qur’an” mengemukakan definisi Al-Qur’an sebagai berikut:
ﻪﺘﻭﻼﺘﺒ ﺩﺒﻌﺘﻤﻟﺍ
ﻡﻠﺴﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﷲﺍ لﺼ ﺩﻤﺤﻤ ﻰﻠﻋ لﺯﻨﻤﻟﺍ ﷲﺍ ﻡﻼﻜ
Artinya:
Firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
mempunyai nilai ibadah bagi orang yang membacanya.
2.2. Sejarah Diturunkannya Al-Qur’an
• Periode Turunnya Al-Quran
Al-Qur’an
Al-Karim yang terdiri dari 114 surah dan susunannya ditentukan
oleh Allah SWT. dengan cara tawqifi, tidak menggunakan metode sebagaimana
metode-metode penyusunan buku-buku
ilmiah. Buku-buku ilmiah yang membahas
satu masalah, selalu menggunakan satu metode tertentu dan dibagi dalam
bab-bab dan pasal-pasal. Metode ini tidak
terdapat di dalam Al-Qur’an Al-Karim, yang di dalamnya banyak persoalan induk silih-berganti
diterangkan.
Persoalan akidah
terkadang bergandengan dengan
persoalan hukum
dan kritik; sejarah umat-umat yang lalu disatukan dengan nasihat, ultimatum, dorongan atau tanda-tanda kebesaran Allah yang ada di alam
semesta. Terkadang pula, ada suatu persoalan atau hukum yang sedang diterangkan tiba-tiba timbul persoalan lain yang pada pandangan pertama tidak ada hubungan antara satu dengan yang lainnya. Misalnya, apa yang terdapat dalam surah Al-Baqarah ayat 216-221, yang mengatur hukum perang dalam asyhur al-hurum berurutan dengan hukum minuman keras, perjudian, persoalan anak yatim, dan perkawinan dengan orang-orang musyrik.
semesta. Terkadang pula, ada suatu persoalan atau hukum yang sedang diterangkan tiba-tiba timbul persoalan lain yang pada pandangan pertama tidak ada hubungan antara satu dengan yang lainnya. Misalnya, apa yang terdapat dalam surah Al-Baqarah ayat 216-221, yang mengatur hukum perang dalam asyhur al-hurum berurutan dengan hukum minuman keras, perjudian, persoalan anak yatim, dan perkawinan dengan orang-orang musyrik.
Yang demikian
itu dimaksudkan agar memberikan kesan bahwa ajaran-ajaran
Al-Qur’an dan hukum-hukum yang tercakup didalamnya merupakan satu kesatuan
yang harus ditaati oleh penganut-penganutnya secara keseluruhan tanpa ada pemisahan
antara satu dengan yang lainnya. Dalam menerangkan masalah-masalah filsafat dan metafisika, Al-Qur’an tidak menggunakan istilah filsafat dan logika. Juga dalam bidang
politik, ekonomi, sosial dan kebudayaan. Yang
demikian ini membuktikan bahwa Al-Qur’an tidak dapat dipersamakan
dengan kitab-kitab yang dikenal manusia.
Tujuan
Al-Qur’an juga berbeda dengan tujuan kitab-kitab ilmiah. Untuk memahaminya, terlebih dahulu
harus diketahui periode turunnya Al-Quran.
Dengan mengetahui periode-periode tersebut, tujuan-tujuan Al-Qur’an akan lebih jelas.
Para ulama
'Ulum Al-Qur’an membagi sejarah turunnya Al-Qur’an
dalam dua periode:
dalam dua periode:
(1) Periode sebelum hijrah
(2) Periode sesudah hijrah.
Ayat-ayat yang
turun pada periode pertama dinamai ayat-ayat Makkiyyah, dan ayat-ayat
yang turun pada periode kedua dinamai ayat-ayat Madaniyyah. Tetapi, di sini, akan
dibagi sejarah turunnya Al-Qur’an
dalam tiga periode, meskipun pada hakikatnya periode pertama dan kedua dalam pembagian tersebut adalah kumpulan dari ayat-ayat Makkiyah, dan periode ketiga adalah ayat-ayat Madaniyyah. Pembagian demikian untuk lebih menjelaskan tujuan-tujuan pokok Al-Quran.
dalam tiga periode, meskipun pada hakikatnya periode pertama dan kedua dalam pembagian tersebut adalah kumpulan dari ayat-ayat Makkiyah, dan periode ketiga adalah ayat-ayat Madaniyyah. Pembagian demikian untuk lebih menjelaskan tujuan-tujuan pokok Al-Quran.
Periode
Pertama
Diketahui
bahwa Muhammad saw., pada awal turunnya wahyu pertama
(iqra'), belum dilantik menjadi Rasul. Dengan wahyu pertama itu,
beliau baru merupakan seorang nabi yang tidak ditugaskan untukmenyampaikan
apa yang diterima. Baru setelah turun wahyu kedualah beliau
ditugaskan untuk menyampaikan wahyu-wahyu yang diterimanya, dengan adanya firman Allah: "Wahai yang berselimut, bangkit dan berilah
peringatan" (QS 74:1-2).
Kemudian,
setelah itu, kandungan wahyu Ilahi berkisar dalam tiga hal. Pertama,
pendidikan bagi Rasulullah
saw., dalam membentuk kepribadiannya.
Perhatikan firman-Nya: Wahai orang yang berselimut,
bangunlah dan sampaikanlah. Dan Tuhanmu agungkanlah. Bersihkanlah pakaianmu. Tinggalkanlah kotoran (syirik). Janganlah memberikan sesuatu dengan mengharap menerima lebih banyak darinya, dan sabarlah engkau melaksanakan perintah-perintah Tuhanmu (QS 74:1-7).
bangunlah dan sampaikanlah. Dan Tuhanmu agungkanlah. Bersihkanlah pakaianmu. Tinggalkanlah kotoran (syirik). Janganlah memberikan sesuatu dengan mengharap menerima lebih banyak darinya, dan sabarlah engkau melaksanakan perintah-perintah Tuhanmu (QS 74:1-7).
Dalam wahyu
ketiga terdapat pula bimbingan untuknya: Wahai orang yang berselimut, bangkitlah, shalatlah
di malam hari kecuali sedikit darinya, yaitu separuh malam, kuranq sedikit dari itu atau
lebih, dan bacalah
Al-Qur’an dengan tartil (QS 73:1-4).
Perintah ini
disebabkan karena Sesungguhnya kami
akan menurunkan
kepadamu wahyu yang sangat berat (QS 73:5).
Ada lagi
ayat-ayat lain, umpamanya: Berilah peringatan kepada keluargamu
yang terdekat. Rendahkanlah dirimu, janganlah bersifat sombong
kepada orang-orang yang beriman yang mengikutimu. Apabila mereka
(keluargamu) enggan mengikutimu, katakanlah: aku berlepas dari apa yang kalian
kerjakan (QS 26:214-216).
Demikian ayat-ayat yang merupakan
bimbingan bagi beliau demi suksesnya
dakwah.Kedua,
pengetahuan-pengetahuan dasar mengenai sifat dan af'al Allah,
misalnya surah Al-A'la (surah ketujuh yang diturunkan) atau surah Al-Ikhlash, yang menurut hadis Rasulullah "sebanding dengan sepertiga Al-Quran", karena
yang mengetahuinya dengan
sebenarnya akan mengetahui
pula persoalan-persoalan tauhid dan tanzih (penyucian) Allah
SWT.
Ketiga,
keterangan mengenai dasar-dasar akhlak Islamiah, serta bantahan-bantahan
secara umum mengenai pandangan hidup masyarakat jahiliah ketika itu. Ini
dapat dibaca, misalnya, dalam surah Al-Takatsur, satu surah yang mengecam mereka yang menumpuk-numpuk harta; dan surah Al-Ma'un yang menerangkan kewajiban
terhadap fakir miskin dan anak yatim serta pandangan agama mengenai
hidup bergotong-royong.
Periode ini
berlangsung sekitar 4-5 tahun dan telah menimbulkan bermacam-macam
reaksi di kalangan masyarakat Arab ketika itu. Reaksireaksi tersebut nyata
dalam tiga hal pokok:
1.
Segolongan kecil dari mereka menerima dengan
baik ajaran-ajaran Al-Quran.
2.
Sebagian besar dari masyarakat tersebut
menolak ajaran Al-Quran, karena
kebodohan mereka (QS 21:24), keteguhan
mereka mempertahankan
adat istiadat dan tradisi nenek moyang (QS 43:22), dan
atau karena adanya maksud-maksud tertentu dari satu golongan seperti yang digambarkan oleh Abu Sufyan: "Kalau sekiranya Bani Hasyim
memperoleh kemuliaan nubuwwah, kemuliaan apa lagi yang tinggal
untuk kami."
3.
Dakwah Al-Qur’an mulai melebar melampaui
perbatasan Makkah menuju daerah-daerah sekitarnya.
Periode
Kedua
Periode
kedua dari sejarah turunnya Al-Qur’an berlangsung selama 8-9 tahun,
dimana terjadi pertarungan hebat antara gerakan Islam dan jahiliah.
Gerakan oposisi terhadap Islam menggunakan segala cara dan sistem untuk
menghalangi kemajuan dakwah Islamiah.
Dimulai dari
fitnah, intimidasi dan
penganiayaan, yang mengakibatkan para
penganut ajaran Al-Qur’an
ketika itu terpaksa berhijrah
ke Habsyah dan para akhirnya mereka semua termasuk Rasulullah saw. berhijrah ke
Madinah.
Pada masa
tersebut, ayat-ayat Al-Quran,
di satu pihak,
silih berganti
turun menerangkan kewajiban-kewajiban prinsipil penganutnya sesuai dengan
kondisi dakwah ketika itu, seperti: Ajaklah mereka ke jalan Tuhanmu (agama) dengan
hikmah dan tuntunan
yang baik, serta bantahlah mereka dengan cara yang
sebaik-baiknya (QS 16:125).
Dan, di lain
pihak, ayat-ayat kecaman dan ancaman yang pedas terus mengalir kepada kaum musyrik yang
berpaling dari kebenaran, seperti: Bila mereka berpaling maka katakanlah wahai
Muhammad: "Aku pertakuti kamu sekalian dengan siksaan, seperti siksaan
yang menimpa kaum
'Ad dan Tsamud" (QS 41:13).
Selain itu,
turun juga ayat-ayat yang mengandung argumentasi-argumentasi mengenai
keesaan Tuhan dan
kepastian hari kiamat berdasarkan tanda-tanda
yang dapat mereka
lihat dalam kehidupan sehari-hari, seperti: Manusia memberikan perumpamaan bagi kami dan lupa akan
kejadiannya, mereka berkata:
"Siapakah yang dapat menghidupkan
tulang-tulang yang telah lapuk dan hancur?" Katakanlah, wahai Muhammad:
"Yang menghidupkannya ialah
Tuhan yang menjadikan ia
pada mulanya, dan
yang Maha Mengetahui
semua kejadian.
Dia yang menjadikan untukmu, wahai manusia, api dari kayu yang hijau (basah) lalu
dengannya kamu sekalian membakar." Tidaklah yang menciptakan langit dan bumi sanggup
untuk menciptakan yang serupa itu? Sesungguhnya Ia Maha
Pencipta dan Maha Mengetahui. Sesungguhnya bila Allah menghendaki
sesuatu Ia hanya memerintahkan: "Jadilah!"Maka jadilah ia (QS 36:78-82).
Ayat ini
merupakan salah satu
argumentasi terkuat dalam membuktikan
kepastian hari kiamat. Dalam hal ini, Al-Kindi berkata: "Siapakah
di antara manusia dan filsafat yang sanggup mengumpulkan dalam satu
susunan kata-kata sebanyak
huruf ayat-ayat tersebut, sebagaimana yang telah disimpulkan Tuhan kepada Rasul-Nya saw., dimana
diterangkan bahwa tulang-tulang dapat hidup setelah menjadi lapuk
dan hancur; bahwa qudrah-Nya menciptakan seperti langit dan bumi;
dan bahwa sesuatu dapat mewujud dari sesuatu yang berlawanan dengannya."
Disini terbukti
bahwa ayat-ayat Al-Qur’an
telah sanggup memblokade
paham-paham jahiliah dari segala segi sehingga mereka tidak
lagi mempunyai arti dan kedudukan dalam rasio dan alam pikiran sehat.
Periode
Ketiga
Selama masa
periode ketiga ini, dakwah Al-Qur’an telah dapat mewujudkan
suatu prestasi besar karena penganut-penganutnya telah dapat
hidup bebas melaksanakan ajaran-ajaran agama di Yatsrib (yang
kemudian diberi nama Al-Madinah Al-Munawwarah). Periode ini berlangsung selama sepuluh tahun, di mana timbul bermacam-macam peristiwa, problem dan persoalan, seperti: Prinsip-prinsip apakah yang diterapkan dalam masyarakat demi mencapai kebahagiaan? Bagaimanakah sikap terhadap orang-orang munafik, Ahl Al-Kitab, orang-orang kafir dan lain-lain, yang semua itu diterangkan Al-Qur’an dengan cara yang berbeda-beda?Dengan satu susunan kata-kata yang membangkitkan semangat seperti berikut ini, Al-Qur’an menyarankan: Tidakkah sepatutnya kamu sekalian memerangi golongan yang mengingkari janjinya dan hendak mengusir Rasul, sedangkan merekalah yang memulai peperangan. Apakah kamu takut kepada mereka? Sesungguhnya Allah lebih berhak untuk ditakuti jika kamu sekalian benar-benar orang yang beriman. Perangilah! Allah akan menyiksa mereka dengan perantaraan kamu sekalian serta menghina-rendahkan mereka; dan Allah akan menerangkan
kemudian diberi nama Al-Madinah Al-Munawwarah). Periode ini berlangsung selama sepuluh tahun, di mana timbul bermacam-macam peristiwa, problem dan persoalan, seperti: Prinsip-prinsip apakah yang diterapkan dalam masyarakat demi mencapai kebahagiaan? Bagaimanakah sikap terhadap orang-orang munafik, Ahl Al-Kitab, orang-orang kafir dan lain-lain, yang semua itu diterangkan Al-Qur’an dengan cara yang berbeda-beda?Dengan satu susunan kata-kata yang membangkitkan semangat seperti berikut ini, Al-Qur’an menyarankan: Tidakkah sepatutnya kamu sekalian memerangi golongan yang mengingkari janjinya dan hendak mengusir Rasul, sedangkan merekalah yang memulai peperangan. Apakah kamu takut kepada mereka? Sesungguhnya Allah lebih berhak untuk ditakuti jika kamu sekalian benar-benar orang yang beriman. Perangilah! Allah akan menyiksa mereka dengan perantaraan kamu sekalian serta menghina-rendahkan mereka; dan Allah akan menerangkan
kamu semua serta memuaskan hati
segolongan orang-orang beriman (QS
9:13-14).
9:13-14).
Adakalanya pula merupakan
perintah-perintah yang tegas disertai dengan
konsiderannya, seperti: Wahai
orang-orang beriman, sesungguhnya minuman keras, perjudian,
berhala-berhala, bertenung adalah perbuatan keji dari perbuatan
setan. Oleh karena itu hindarilah semua itu agar kamu sekalian mendapat
kemenangan. Sesungguhnya setan tiada lain yang diinginkan
kecuali menanamkan permusuhan dan kebencian diantara kamu disebabkan oleh minuman keras dan perjudian tersebut, serta memalingkan kamu dari
dzikrullah dan sembahyang, maka karenanya hentikanlah pekerjaan-pekerjaan tersebut (QS 5:90-91).
Disamping itu,
secara silih-berganti, terdapat
juga ayat yang menerangkan
akhlak dan suluk yang harus diikuti oleh setiap Muslim dalam kehidupannya
sehari-hari, seperti: Wahai
orang-orang yang beriman,
janganlah kamu memasuki satu rumah selain rumahmu kecuali setelah minta
izin dan mengucapkan
salam kepada penghuninya. Demikian ini lebih baik bagimu. Semoga kamu
sekalian mendapat peringatan (QS 24:27).
Semua ayat ini
memberikan bimbingan kepada kaum Muslim menuju
jalan yang diridhai Tuhan disamping mendorong mereka untuk berjihad
di jalan Allah, sambil memberikan didikan akhlak dan suluk
yang sesuai dengan keadaan mereka dalam bermacam-macam situasi (kalah, menang, bahagia, sengsara, aman dan takut). Dalam perang Uhud misalnya, di mana kaum Muslim menderita tujuh puluh orang korban,
turunlah ayat-ayat penenang yang berbunyi: Janganlah kamu sekalian merasa lemah atau berduka cita. Kamu adalah orang-orang yang tinggi (menang) selama kamu sekalian beriman. Jika kamu mendapat luka, maka golongan mereka juga mendapat luka serupa. Demikianlah hari-hari kemenangan Kami perganti-gantikan di antara manusia, supaya Allah membuktikan orang-orang beriman dan agar Allah mengangkat dari mereka syuhada, sesungguhnya Allah tiada mengasihi orang-orangyang aniaya (QS 3:139-140).
yang sesuai dengan keadaan mereka dalam bermacam-macam situasi (kalah, menang, bahagia, sengsara, aman dan takut). Dalam perang Uhud misalnya, di mana kaum Muslim menderita tujuh puluh orang korban,
turunlah ayat-ayat penenang yang berbunyi: Janganlah kamu sekalian merasa lemah atau berduka cita. Kamu adalah orang-orang yang tinggi (menang) selama kamu sekalian beriman. Jika kamu mendapat luka, maka golongan mereka juga mendapat luka serupa. Demikianlah hari-hari kemenangan Kami perganti-gantikan di antara manusia, supaya Allah membuktikan orang-orang beriman dan agar Allah mengangkat dari mereka syuhada, sesungguhnya Allah tiada mengasihi orang-orangyang aniaya (QS 3:139-140).
Selain
ayat-ayat yang turun mengajak berdialog dengan orang-orang
Mukmin, banyak juga ayat yang ditujukan kepada orang-orang munafik, Ahli
Kitab dan orang-orang
musyrik. Ayat-ayat tersebut mengajak
mereka ke jalan yang benar, sesuai dengan sikap mereka terhadap
dakwah. Salah satu ayat yang ditujukan kepada ahli Kitab ialah:
Katakanlah (Muhammad): "Wahai ahli kitab (golongan Yahudi dan
Katakanlah (Muhammad): "Wahai ahli kitab (golongan Yahudi dan
Nasrani),
marilah kita menuju ke satu kata sepakat diantara kita yaitu kita tidak
menyembah kecuali Allah; tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun,
tidak pula mengangkat sebagian dari kita tuhan yang bukan
Allah." Maka bila mereka berpaling katakanlah: "Saksikanlah bahwa kami
adalah orang-orang Muslim" (QS 3:64).
2.3. Tujuan
Pokok Diturunkannya Al-Qur’an
Dari sejarah
diturunkannya Al-Quran, dapat diambil kesimpulan bahwa Al-Qur’an mempunyai tiga tujuan pokok:
1.
Petunjuk akidah dan kepercayaan yang harus
dianut oleh manusia yang tersimpul dalam keimanan akan keesaan Tuhan dan
kepercayaan akan kepastian adanya hari pembalasan.
2.
Petunjuk mengenai akhlak yang murni dengan jalan menerangkan
norma-norma keagamaan dan susila yang harus
diikuti oleh manusia dalam kehidupannya
secara individual atau kolektif.
3.
Petunjuk mengenal syariat dan hukum dengan
jalan menerangkan dasar-dasar hukum yang harus diikuti oleh manusia dalam
hubungannya dengan
Tuhan dan sesamanya. Atau dengan kata lain yang lebih singkat, "Al-Qur’an adalah petunjuk bagi selunih manusia ke jalan yang harus ditempuh demi kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat."
Tuhan dan sesamanya. Atau dengan kata lain yang lebih singkat, "Al-Qur’an adalah petunjuk bagi selunih manusia ke jalan yang harus ditempuh demi kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat."
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Al-Qur’an menurut bahasa, diambil
dari kata kerja ﺃﺭﻗ yang berarti "bacaan".
Sedangkan Al-Qur’an menurut istilah adalah Firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang mempunyai
nilai ibadah bagi orang yang
membacanya.
Para ulama 'Ulum Al-Qur’an membagi
sejarah turunnya Al-Qur’an dalam dua periode: (1) Periode sebelum
hijrah; dan (2) Periode sesudah hijrah. Ayat-ayat
yang turun pada
periode pertama dinamai
ayat-ayat Makkiyyah, dan ayat-ayat yang turun pada periode kedua dinamai ayat-ayat
Madaniyyah.
DAFTAR RUJUKAN
Sejarah Turunnya Al-qur’an. http://islam.elvini.net (online). Diakses Hari Sabtu, tanggal 20
Oktober 2012, Jam 19.00
Untuk Mendownload Versi Microsoft Word Klik Disini
TERIMAKASI SAUDARA MATERINYA SANGAT MEMBANTU...!
ReplyDelete